"bolehkah aku memelukmu?"

7 Jan 2012

Aku memandanginya ketika dia menghela nafas panjang.

“Aku sudah tahu,” ujarnya  sambil memandang jauh ke arah matahari yang semakin menghilang di horison.

Aku menelan ludah. “Sejak kapan?”

“Sejak kamu menolak untuk bercerita tentang gadis yang kamu suka.”

Pandangan kami bertemu sesaat. Tapi kemudian dia mengalihkan pandangannya ke rerumputan yang tumbuh di dekat kakinya.

“Kamu selalu menceritakan semuanya padaku,” lanjutnya. “Tapi kamu menolak untuk bercerita tentang gadis itu. Aku tahu aku bisa saja salah. Tapi kemudian aku takut. Takut sekali. Kamu tahu kan apa yang biasanya terjadi pada dua orang sahabat yang terjebak oleh perasaan semacam itu?”

Ia memandangku lagi.

“Mereka menjadi jauh. Aku tidak bisa kehilangan kamu lagi untuk yang kedua kalinya.”

Aku mengangguk pelan. Aku punya sejuta bantahan untuk argumenmu itu. Tapi aku memilih diam.

“Bayangkan,” katanya sambil berjalan mendekati pagar tempat aku bersandar, “apa yang akan terjadi pada kita jika kita memutuskan untuk menyambut dan merayakan hadirnya perasaan itu, kemudian setelah beberapa saat perasaan itu pergi dari kita? Apa kita masih bisa memanggil satu sama lain sebagai sahabat?”

Aku menghela nafas.

“Aku sayang kamu. Kamu tahu itu kan?” tanyanya.

Kupandang wajahnya yang dibingkai rambut yang dicat merah menyala. Tidak begitu cantik, tapi selalu menarik. Selalu unik.

 “Ya,” jawabku singkat.

“Aku pikir itu cukup. Aku sayang kamu, kamu sayang aku. Lalu apa lagi?”

“Aku hanya...” Untuk sesaat, aku ragu-ragu. “Aku pikir kita bisa menjadi... pasangan? Sepasang kekasih yang kemudian menikah?”

Apakah aku berhalusinasi atau memang wajahnya memerah?

Dia kembali memandangi rerumputan. Lalu tanpa mengangkat wajahnya, dia berkata “Kata siapa untuk bisa menikah kita harus jadi sepasang kekasih dulu? Aku tidak keberatan menikahi seorang sahabat kok. Kalau memang jodoh, kenapa tidak?”

Aku tersenyum. “Kita sahabat kan ya?”

Dia mengangkat wajahnya dan balas tersenyum. “Iya.”

“Bolehkah aku memelukmu?”

Masih sambil tersenyum, dia berjalan mendekatiku.

Matahari sudah menghilang, tapi sisa-sisa sinarnya masih ada di kaki langit.

Posting Komentar

Sila berkomentar :)