I Owe You a Fall #5

15 Okt 2012

And even if I know you would never love me
with all your heart
I will love you sincerely
like I do from the very start

Skenario

12 Okt 2012


Molly sangat menyukai saat-saat seperti ini, ketika ia mengemudi sendirian. Radionya menyala tapi dengan volume yang sangat rendah. DI saat-saat seperti inilah ia bisa berpikir dengan tenang. Ia bisa memikirkan apa saja yang akan ia lakukan, atau katakan.

Semalam dan tadi pagi ketika mandi, ia sudah tahu apa saja yang harus ia katakan pada John ketika mereka bertemu hari ini. Ia akan mengakhiri semuanya hari ini. Hari ini akan menjadi hari terakhir ia menjadi pilihan kedua. Pertemuan dengan John hari ini akan menjadi yang terakhir.

Molly menginjak rem ketika mobilnya sampai di pelataran parkir kafe tempat ia berjanji untuk bertemu dengan John. Tapi Molly tidak langsung turun. Ia hanya mematikan mesin mobilnya dan duduk di belakang kemudi tanpa melepas sabuk pengaman.

Ia menutup matanya dan membayangkan skenario yang sudah ia rancang. Ia dan John akan duduk di meja 18 seperti biasanya. John akan duduk menghadap jendela sementara Molly duduk di seberangnya, membelakangi jendela. John akan memesan latte dan Molly akan memesan cappuccino. Mata John yang tajam akan memandangnya dengan penuh cinta, jenis tatapan yang selalu berhasil mencuri hati Molly. Tapi kali ini Molly akan berusaha untuk tidak memandang kedua mata itu terlalu dalam.

Lalu Molly akan membiarkan John menceritakan apa saja yang terjadi dalam hidupnya selama seminggu semenjak terakhir kali mereka bertemu. John akan menceritakan semua yang ia alami, kecuali saat-saat yang ia bagi bersama Molly: seminggu yang lalu di kafe ini, di bioskop, dan di apartemen Molly.

John akan menceritakan semua yang ia alami ketika Molly tidak ada di sampingnya. Semuanya. Kecuali satu hal.

John akan melihat-lihat isi ponsel Molly secara lalu tanpa banyak bertanya mengenai apa saja yang ia lihat di dalamnya. Tapi John akan menyimpan ponselnya sendiri di dalam saku dan tidak mengeluarkannya kecuali sesekali saja untuk membalas pesan singkat yang tidak bisa dia abaikan walau Molly sedang bicara dengannya sekalipun.

Dan Molly akan tertawa karena lelucon yang dilontarkan John. Molly akan tersenyum. Molly akan mendengarkan suara John dan ia akan mempercayai semua yang dikatakan John tanpa kecuali. Molly akan membiarkan cappuccino-nya dingin dan tidak habis.

Tapi kali ini Molly akan melakukan sesuatu yang tak pernah ia lakukan. Ia akan memotong ucapan John. Molly akan membuka mulutnya dan berbicara singkat tapi langsung ke intinya.

John, Molly akan berkata. Aku tak bisa seperti ini lagi. Aku tak bisa lagi bersembunyi. Aku mencintaimu. Dan jika kau juga mencintaiku, seperti yang selalu kau katakan selama ini, kau harus memilihku dan meninggalkannya. Jika kau mau memperjuangkanku, lakukan itu sekarang. Aku tak mau lagi menunggu dalam ketidakmenentuan.

Lalu Molly akan pergi kembali ke mobilnya dan pergi menjauh dari kafe itu. Dari distrik itu. Dari kota itu. Molly akan terus memacu mobilnya entah ke mana sambil mendengarkan radio dengan volume rendah. Ia tak akan kembali ke apartemennya sebelum gelap.

Molly membuka matanya dan mengangguk mantap. Ia melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil. Dikuncinya pintu mobil lalu ia berjalan masuk ke kafe.

Meja 18 sudah ada yang mengisi. John. Dengan kemeja garis-garis dan rambut pirangnya yang selalu rapi. Ia sedang sibuk dengan ponselnya ketika Molly datang dan langsung duduk di hadapannya.

“Sayangku,” sapa John sambil tersenyum.

Lalu Molly memandang kedua matanya yang tajam. Salah besar.