Molly sangat menyukai saat-saat seperti
ini, ketika ia mengemudi sendirian. Radionya menyala tapi dengan volume yang
sangat rendah. DI saat-saat seperti inilah ia bisa berpikir dengan tenang. Ia
bisa memikirkan apa saja yang akan ia lakukan, atau katakan.
Semalam dan tadi pagi ketika mandi, ia
sudah tahu apa saja yang harus ia katakan pada John ketika mereka bertemu hari
ini. Ia akan mengakhiri semuanya hari ini. Hari ini akan menjadi hari terakhir
ia menjadi pilihan kedua. Pertemuan dengan John hari ini akan menjadi yang
terakhir.
Molly menginjak rem ketika mobilnya sampai
di pelataran parkir kafe tempat ia berjanji untuk bertemu dengan John. Tapi
Molly tidak langsung turun. Ia hanya mematikan mesin mobilnya dan duduk di
belakang kemudi tanpa melepas sabuk pengaman.
Ia menutup matanya dan membayangkan skenario
yang sudah ia rancang. Ia dan John akan duduk di meja 18 seperti biasanya. John
akan duduk menghadap jendela sementara Molly duduk di seberangnya, membelakangi
jendela. John akan memesan latte dan Molly akan memesan cappuccino. Mata John
yang tajam akan memandangnya dengan penuh cinta, jenis tatapan yang selalu
berhasil mencuri hati Molly. Tapi kali ini Molly akan berusaha untuk tidak
memandang kedua mata itu terlalu dalam.
Lalu Molly akan membiarkan John
menceritakan apa saja yang terjadi dalam hidupnya selama seminggu semenjak
terakhir kali mereka bertemu. John akan menceritakan semua yang ia alami,
kecuali saat-saat yang ia bagi bersama Molly: seminggu yang lalu di kafe ini,
di bioskop, dan di apartemen Molly.
John akan menceritakan semua yang ia alami
ketika Molly tidak ada di sampingnya. Semuanya. Kecuali satu hal.
John akan melihat-lihat isi ponsel Molly
secara lalu tanpa banyak bertanya mengenai apa saja yang ia lihat di dalamnya.
Tapi John akan menyimpan ponselnya sendiri di dalam saku dan tidak
mengeluarkannya kecuali sesekali saja untuk membalas pesan singkat yang tidak
bisa dia abaikan walau Molly sedang bicara dengannya sekalipun.
Dan Molly akan tertawa karena lelucon yang
dilontarkan John. Molly akan tersenyum. Molly akan mendengarkan suara John dan
ia akan mempercayai semua yang dikatakan John tanpa kecuali. Molly akan
membiarkan cappuccino-nya dingin dan tidak habis.
Tapi kali ini Molly akan melakukan sesuatu
yang tak pernah ia lakukan. Ia akan memotong ucapan John. Molly akan membuka
mulutnya dan berbicara singkat tapi langsung ke intinya.
John,
Molly akan berkata. Aku tak bisa seperti ini lagi. Aku tak bisa lagi bersembunyi. Aku
mencintaimu. Dan jika kau juga mencintaiku, seperti yang selalu kau katakan
selama ini, kau harus memilihku dan meninggalkannya. Jika kau mau
memperjuangkanku, lakukan itu sekarang. Aku tak mau lagi menunggu dalam
ketidakmenentuan.
Lalu Molly akan pergi kembali ke mobilnya
dan pergi menjauh dari kafe itu. Dari distrik itu. Dari kota itu. Molly akan
terus memacu mobilnya entah ke mana sambil mendengarkan radio dengan volume
rendah. Ia tak akan kembali ke apartemennya sebelum gelap.
Molly membuka matanya dan mengangguk
mantap. Ia melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil. Dikuncinya pintu mobil
lalu ia berjalan masuk ke kafe.
Meja 18 sudah ada yang mengisi. John.
Dengan kemeja garis-garis dan rambut pirangnya yang selalu rapi. Ia sedang
sibuk dengan ponselnya ketika Molly datang dan langsung duduk di hadapannya.
“Sayangku,” sapa John sambil tersenyum.
Lalu Molly memandang kedua matanya yang
tajam. Salah besar.
Posting Komentar
Sila berkomentar :)